A. Sejarah dan Perkembangan Agama Zoroaster
Agama
Zoroaster, dikenal dengan nama Zoroastrianism di Dunia Barat, karena Nabinya,
yang bernama Zarathustra. Zarathustra lahir di sebelah Utara Iran, yakni di
dalam kota Azerbaijan. Disana tinggal seorang lelaki bernama Porushop Spitama
dari suku Spitama, bersama isterinya Dughdova yang cantik jelita yang masih
berusia 15 tahun ketika itu. Pada saat itu, Dughdova belum dijamah oleh
suaminya melahirkan seorang bayi laki-laki yang di beri nama Zarathustra.[1]
Menurut
tradisi ajaran agama Zoroaster, Zarathustra adalah seorang Nabi. Nama
lengkapnya adalah Zarathustra bin Pourushaspa. Dia memperoleh kepercayaan dari
Tuhan untuk menyampaikan ajaran bagi semua manusia.Di wilayah Indo-Iran, anak
yang berumur sekitar 7 tahun sudah mulai memperoleh pelajaran kependetaan
secara lisan karena belum ada pengetahuan menulis.Pelajaran kependetaan
tersebut tentunya menyangkut masalah tentang cara beribadah, ajaran pokok-pokok
agama, hapalan-hapalan doa dan pujian-pujian kepada Tuhan. Orang Iran
berpendapat bahwa kematangan atau kedewasaan seseorang itu sudah mencukupi pada
usai 15 tahun.Dan kira-kira pada uisa itu Zarathustra mulai menjadi pendeta.
Kelahiran
konon, kelahiran bayi laki-laki itu telah di nubuwatkan sejak 3000 tahun
sebelumnya, (SBE, 5:21 ; 47:31-34 ; 47:135-138). Ahura Mazda telah
menitiskannya ke dalam “rahim seorang gadis yang masih perawan”, (SBE,
47:17-18).dari suatu “nur abadi, yang terpadu di dalam rahim ibu Zarathustra”
yang masih berusia 15 tahin kala itu, (SBE, 47:138-139). Peristiwa itu
menimbulkan keheranan di dalam lingkungan keluarganya dan dianggap perbuatan
sihir, (SBE,47:18-20). Sewaktu bayi itu terlahir, konon dia tertawa besar,
(SBE, 47:35, 41, 123, 142, 143). Bayi yang terlahir itu beberapa kali dapat
diselamatkan dari bencana kaum Majusi, (SBE, 4:224-225 ; 47:35-40), diceritakan
sebagai berikut :
“Pada
saat kelahiran bayi itu, Kepala Kaum Majusi di tanah Iran yang bernama Durashan
mendadak gemetar ketakutan yang amat sangat, dan memperoleh firasat bahwa
seorang bayi laki-laki baru terlahir ke dunia yang akan menghancurkan Agama
Majusi beserta pemujaan berhala dan akan memusnahkan kaum Majusi dari permukaan
bumi.
Durashan
mengirimkan 3 orang Majus umtuk mencari bayi itu dan membawanya ke Kuil Api.
Sementara itu Kepala Majusi Durashan sedang mempersiapkan Api Besar pada altar
pemujaan. Ketika bayi itu dibawa kepadanya, ia pun melemparkannya ke dalam Api
Besar itu dan berpikir bahwa bayi itu akan musnahdilalap Dewa Api. Tapi
ternyata dia keliru. Lalu ketika Dughdova tidak menemukan puteranya yang masih
bayi itu disana-sini, ia pun menuju Kuil Api umtuk menyampaikan pemujaan dan
permohonan. Mendadak ia melihat puteranya itu tengah bermain-main di dalam
nyala api itu. Api itu dirasakannya sejuk sewaktu dia mengambil puteranya itu
dan membawanya kembali pulang.
Kapala
Majusi tanah Iran itu kembali memperoleh firasat bahwa bayi laki-laki itu
selamat.Ia pun kembali memerintahkan 3 orang Majus untuk menculik bayi itu dan
melemparkannya di padang penggembalaan tempat lalu-lintas rombongan sapi. Bayi
ini berhasil diculik dan ditinggalkan di tempat itu agar terinjak-injak
rombongan hewan. Ketika rombongan hewan melintas pada sore hari disitu,
mendadak seekor hewan diantaranya berlari ke depan lalu berdiri melindungi bayi
itu sampai rombongan hewan itu lewat semuanya. Dughdova yang sejak tadi mencari
bayinya kesana kemari, lantas menjumpai bayinya di padang penggembalaan dalam
keadaan selamat.
Kepala
Majusi tanah Iran itu kembali memperoleh firasat bahwa bayi itu selamat.Ia pun
kembali memerintahkan 3 orang Majus untuk menculiknya dan melemparkannya ke
dalam gua sarang serigala di punggung bukit di luar kota. Bayi yang berhasil
diculik itu lantas ditinggalkan disitu.Tatkala rombongan serigala pulang ke
kandangnya pada sore hari, tercium bau daging dan darah manusia yang sangat
harum.Dengan mulut berceceran air liur, rombongan serigala itu mendekati bayi
itu, namun mendadak semuanya diam terpaku.Bayi itu menangis kehausan.Memdadak
seekor domba datang lantas menyusukannya.Domba itu konon malaikat (Ahuras)yang
dikirimkan oleh Ahura Mazda.Rombongan serigala itu masih diam terpaku sampai
Dughdova datang dan menjumpai puteranya disitu lalu membawanya pulang.”[2]
Menjelang umur 20 tahun ia gemar mengembara kesana kemari serta
memberikan bantuan kepada orang yang melarat dan kesusahan. Dan pada usia 20
tahun ia pun dikawainkan oleh ibunya dengan seorang gadis bernama Havivi.
Pada usia 30 tahun, Zarathustra menerima wahyu yang
peratama. Diceritakan bahwa suatu ketika ia sedang berada di suatu perkumpulan
untuk merayakan musim semi. Ia pergi saat fajar ke sungai utnuk mengambil air
bagi keperluan upacara haoma. Ia menyebrang ke tengah sungai untuk
mengambil air dari aliran yang ada di tengah.ketika hendak kembali ke pinggir,
dia menemukan dirinya dalam keadaan
kesucian ibadat (ritual),muncul dari unsur yang murni, air, dalam kesegaran
fajar musim semi. Ia melihat bayang-bayang. Di tepian sungai dia melihat suatu
zat yang berkilauan yang menyebut diri sebagai Vohu Manah (itikad baik),
yang kemudian membawanya kehadapan Tuhan Ahura Mazda serta lima bentuk badan
yang bersinar. Dihadapan mereka, Zarathustra tidak melihat bayangannnya karena
mereka memancarkan cahaya yang terang benderang. Dan saat itulah ia menerima
wahyu.[3]
Setelah ia menerima wahyu pertamanya,10 tahun
pertama ia melakukan penyebaran agamanya itu di kota kelahirannya yaitu Iran
Utara, Tetapi dalam masa tersebut hanya seorang saja yang beriman di kota
kelahirannya tersebut, orang itu tidak lain adalah saudara sepupunya sendiri,
Maidhyoimanha. Ia mengajarkan tentang kodrat Maha Tunggal yang bijaksana yang
tak dapat disaksikan dan dilihat dan diraba, dan hal tersebut direspon dengan
ejekan dan penghinaan, ia banyak bersabar dan terus memprcayai janji dari Ahura
Mazda, hingga pada akhirnya ia memanjatkan permohonan dan kemudian keluar
perintah agar ia hijrah dari sana, akhirnya pada tahun keduabelas kenabiannya, beliau
meninggalkan tanah kelahirnya dan mengembara ke Timur, mula-mula ke Seista, dan
selanjutnya ke Bactria yang diperintah oleh seorang raja bijaksana, Vishtaspa.
Zarathushtra senantiasa menginginkan untuk memperoleh pengikut yang bijak dan
berkuasa untuk menunjangmissinya.
Raja Vishtaspa itu, yang dalam literature di Barat dikenal dengan
Kings Hystaspes, berasal dari keluarga Hakkham.Seorang cucunya yaitu Cyrus the
Great (559-529 SM) berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil diseluruh
wilayah Iran dan membangun sebuah Imperium Parsi yang dikenal dengan
dinasti Hakkham (600-331 SM), dan dunia Barat mengenalnya dengan dinasti
Achaemenids. Ibukotanya yang semula terletak di kotaBalkh di pindahkan ke kota Sussa di sebelah timur sungai Tigris, kemudian ke
Persepolis (Istakhri).[4]
Raja Vishtaspa menerima
Zarathushtra dengan ramah-tamah, dan menunjukkan bahwa dirinya condong kepada
risalahnya karena berdasarkan padaberdasarkan filsafat Zoroaster dengan pemikirannya
tentang Tuhan bahwa inti dari gagasan ketuhanan tidak akan dicapai lantaran
adanya perubahan bangsa dan bahasa. Yang berubah-rubah hanya nama Tuhan yang
tunggal untuk seluruh alam. Setiap bangsa menyebutnya dengan nama yang
diinginkan. Diriwayatkan bahwa Zarathushtra telah melakukan beberapa mukjizat di
hadapan Sang Raja dan para Menterinya, serta melakukan diskusi yang lama dengan
para cendekiawan di sana. Salah satu mukjizat yang ia tunjukkan yakni, dia
mampu membuat sebuah lingkaran dengan tepat tanpa alat, padahal menurut ahli
ilmu ukur hali itu tidak mungkin bisa dilakukan. Kemudian, mukjizat lainnya, ia
pernah bertemu seorang buta, kemudian dia meminta jenis rumput tertentu untuk
diperaskan di kedua mata si buta, dan si buta itu pun bisa melihat.[5]
Nabi Besar Iran ini wafat dalam usia 77 tahun. Setelah 47 tahun dengan usaha yang tekun menegakkan
kebenaran. Beliau hidup dalam
kesetiaan yang tak terbagi dan kebaktian kepada Tuhan yang bijaksana dan benar.
Beliau adalah seorang yang penuh kesalehan, dan agamanya tidak bernafaskan lain
kecuali kasih kepada yang menderita dan cinta kepada kebenaran.Dan konon pada saat serangan itulah Zarathustra meninggal ditikam
oleh askar Turania.Zarathustra
sewaktu wafatnya meniggalkan 3 istri, 3 puteri, dan 3 putra.
Raja-raja dari dinasti Achaemenids adalah penganut agama
Zarathustra sampai kepada raja Darius III (363-331 SM). Pada masa inilah
imperium parsi itu ditaklukkan oleh Alexander the Great (356-323SM) dari
Macedonia dan lalu berlangsung Hellenisasi yang intensif diseluruh wilayah
Iran. Setelah raja-raja Achaemenids itu pertumbuhan kekuasaannya sampai pada
masa tumbangnya terbagiatas 3 tahap masa, yaitu:
1. Masa 600-550 sebelum masehi, yaitu dalam mansa 150 tahun merupakan
masa pertumbuhan kekuasaan dan pengembangan agama Zarathustra. Yaitu terdiri
dari raja Hystaepes, raja Cyrus I, dan raja Cambyses I.
2.
Masa
550-486 sebelum masehi, yaitu dalam masa 65 tahun merupakan masa perluasan
kekuasaan dan perluasan pengaruh agama Zarathustra. Terdiri dari raja Cyrus II
yang diberi gelar the Great(550-530
SM), dan raja Cambyses II (530-521 SM) dan raja Darius I (521-486 SM). Pada
masa inilah peneklukkan Babilonia, Assyiria, Asia Kecil, Palestina, dan
peperangan terus-menerrus dengan penguasa-penguasa semenanjung Grik dan dengan
raja-raja Pharao dari tanah Mesir.
3.
Masa
486-331 sebelum masehi, yaitu dalam masa 156 tahun merupakan masa sengketa yang
terus menerus dengan pihak Grik. Terdiri atas raja Xerxes I (486-465 SM), dan
raja Artaxerxes I (465-424 SM), dan raja Xerxes II (424 SM), dan raja Darius II
(424-404 SM), dan raja Artaxerxes II ((404-358 SM), dan raja Artaxerxes III
(358-3338 SM), dan raja Arses (338-336 SM), dan raja terakhir Darius III
(336-331 SM). Pada masa terakhir inilah Alexander the Great dari Macedonia
dengan kesatuan kekuatan Grik seluruhnya menaklukkan Asia Kecil dan Syria dan
Palestina dan Mesir dan seluruh wilayah bagian
Timur sampai Asia Tengah dan anak Benua India.[6]
Di
dalam wilayah yang luas itu berlangsung Hellenisasi, pemaksaan kebudayaan Grik,
mitologi Grik, beserta filsafat Grik.Dan pada anak Benua India meninggalkan
jejaknya pada seni pahat patung. Dengan berlangsungnya Hellenisasi sekitar 5
abad lamanya di wilayah Iran, dibawah dinasti Seleucids dan dinasti Arsacids,
maka bahasa Iran Tua lenyap dari pergaulan sehari-hari digantikan oleh bahasa
Pahlevi Tua, yaitu perpaduan bahasa antara bahasa Grik dengan bahasa Iran.
Sementara
itu mithologi Grik yang memuja Dewa Zeus, yang melambangkan Dewa Matahari itu,
besarta pemujaan terhadap Dewa-dewa lainnya, lantas diserap oleh masyarakat
hingga Agama Zarathustra yang asli dan yang menganut monotheisme itu
bergantikan aliran-aliran Mazdaism, Mithraism, dan Manichaenism.
Aliran-aliran
itu berkembang dan menjadi anutan masyarakat umum dari abad ke abad sampai pada
masa pertumbuhan dan perkembangan kekuasaan Nasional Iran kembali, yaitu
dinasti Sassanids (226-641 M).Pada tahun 641 M, yaitu pada masa pemerintahan Koshru Yesdegird III
(634-641 M), kekuasaan Sassanids di tanah Iran ditumbangkan oleh kekuasaan
Islam yakni pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab (634-644 M). Dan itulah perkembangan terakhir dari agama Zarathustra sepanjang
sejarahnya semenjak 12 abad lamanya, lantas terdesak oleh pengaruh agama Islam
di tanah Iran.
B. Ajaran-Ajaran
Agama Zoroaster
Kitab suci agama
Zoroaster ini di kenal dengan nama Zend Avesta.kitab ini terbagi lagi menjadi
tiga bagian, yakni:
1.
Gathas, kitab yang berisi tentang “nyanyian” atau “ode”
yang secara umum dan tepat dinisbahkan kepada Zoroaster sendiri;
2.
Yashts atau hymne korban yang ditujukan kepada berbagai
macam dewa; dan
3.
Vendidat/ Vindevdat, “aturan melawan syetan”,berupa
sebuah risalah yang terutama menyangkut ketidakmurnian ibadah dan prinsip
dualisme yang diperkenalkan oleh Zoroasternisme dan diuraikan sangat panjang
dalam bidang kehidupan praktis.
Gathas
memuat ajaran-ajaran yang dikemukakan sendiri oleh Zoroaster. Sayangnya bantuan
ilmu bahasa hanya berhasil sebagian dalam menangkap makna teks-teks yang kabur
ini. Isi bagian kitab ini bertentangan dengan Yashts, yang merupaka langkah
mundur pada paganisme. Dalam Yashts ditemukan suatu konsep politeisme yang
mirip dengan konsep yang terdapat dalam kitab suci agama Hindu, Rig-Veda.
Konsep Politeisme inilah yang di tentang oleh Zoroaster. Baik dalam Yashts
mauoun dalam Rig-Veda dijumpai sejumlah besar dewa dan setengah dewa.[7]
Menurut Joesoef Sou’yb dalam bukunya Agama-Agama Besar di
Dunia mengatakan, bahwa kitab suci Zend Avesta itu pada awalnya terdiri dari 21
buah Kitab. Tetapi kini tinggal 5 buah Kitab saja, yaitu: Yasna, Vispered,
Vendidad, Yasht, dan Khorda Avesta.
Kitab Yasna
Kitab
Yasna itu berisikan himpunan nyanyian pujaan (hymne) umtuk keperluan kebaktian
terdiri dari 72 buah fasal dan semuanya terbagi atas tiga bagian:
(1). BAGIAN PENGANTAR, yitu fasal 1-27 tentang minuman
suci yang disebut Hooma, yang sebutan lengkapnya Hooma Yasht. Fasal 12
berisikan bunyi pengakuan keimanan (credo=syahadat) dan merupakan dokumen
bernilai bagi sejarah peradaban.
(2). GATHA’ ialah fasal 28-54, yang berisikan bimbingan
dan tuntunan. Gatha’ itu terbagi menjadi lima buah anak bagian, yaitu fasal
28-34 dan fasal 35-46 dan fasal 47-50 dan fasal 51-52 dan fasal 53-54,
sedangkan fasal 35-42 disebut dengan haptan-haiti berisikan tujuh buah sisipan
Yasna, nyanyian keagamaan. Gatha’ inilah yang terpandang paling utama sekali di
keseluruhan kitab suci Zend Avesta, oleh karena masih memperlihatkan
ungkapan-ungkapan tua mengikuti gaya bahasa Iran Tua.
(3). APERO YASNO, atau Yasna-Belakangan, adalah fasal
55-72, berisikan himpunan nyanyian pujaan terhadap kodrat-kodrat gaib, terdiri
atas:
a. Sraosha (Srosh) Yasht, fasal 57.
b. Pujaan terhadap Api, fasal 62.
c. Pujaan terhadap Air, fasal 63-69.
d. Pujaan terhadap kodrat-kodrat lainnya.
Kodrat-kodrat
gaib itu dipandang menguasai unsur-unsur alamiyang disebut ahuras.Sesuai dengan namanya maka bagian ini adalah sisipan
belakangan.Akan tetapi di dalam perkembangan agama Zarathustra sepanjang
sejarahnya maka bagian inilah yang dipandang paling utama dan menjadi dasar
bagi pegangan-pegangan keyakinan agamawi.
Kitab Vispered
Kitab
Vispered itu bermakna kodrat-kodrat terkemuka (Vispe Ratave), berisikan
pembahasan tentang kodrat-kodrat gaib yang terpandang paling terkemuka dan yang
semuanya itu tunduk kepada Kodrat Tunggal Maha Bijaksana (Ahura Mazda).
Kitab
itupun berisikan himpunan nyanyian permohonan, dan merupakan Kitab Kecil
tentang kebaktian, terdiri atas 34 buah karde
(anak-fasal).Isi dan bentuknya mirip dengan Yasna dan merupakan kitab kebaktian
tambahan.
Kitab Vendidad
Kitab
Vendidad itu berisikan hukum-hukum agama, terdiri dari 22 buah fargard (bab). Bermula tentang kejadian
alam yang dualistik (bab I). dan tentang kejadian manusia pertama bernama Yima
(bab II). Kemudain disusul oleh 20 bab tentang kumpulan Hukum-hukum Agama dalam
berbagai masalah, sebagai berikut:
a.
Hukum-hukum dalam bidang pertanian.
b.
Hukum-hukum dalam bidang peternakan.
c.
Hukum-hukum tentang benda suci: Bumi, Air, Api.
d.
Hukum-hukum tentang pembersihan tubuh.
e.
Hukum-hukum tentang pemurnian diri.
f.
Hukum-hukum tentang tata-bakti kepada Ahura Mazda.
g.
Hukum-hukum tentang taubat.
Seluruh
hukum-hukum yang termuat dalam kitab Vendidad itu
berpangkal seluruhnya pada sebuah doktrin yang paling pokok, yaitu: perang
terhadap Angro Mainyu dan seluruh kodrat-kodrat jahat, di dalam pelaksanaan
kebaktian terhadap Ahura Mazda.
Dari
pokok doktrin itulah berasal nama kita ini: Vendidad. Nama itu singkatan dari
vi-daevo-datom dengan sedikit perubahan bunyi, bermakna “hukum menentang
Satan”. Kodrat-kodrat gaib yang jahat dan memiliki daya-goda bagi manusia
dipenggil dengan nama daevas, dan semuanya tunduk kepada Angro Mainyu.
Kitab Yasht
Kitab
Yasht itu berisikan kumpulan nyanyian-keagamaan tergadap para Izad.Yakni
kodrat-kodrat gaib yang termulia, berisikan 21 buah nyanyian pujaan, merupakan
kumpulan tambahan bagi Kitab Yasna.Beberapa bagian dari Kitab Yasht masih
memperlihatkan ungkapan-ungkapa Iran Tua, yang dipandang bentuk tua dan asli.
Fasal
9-10 berisikan sajak-agamawi bermutu tinggi peninggalan Iran Tua.Terpandang Yasht
terbesar, kaya dengan kisah keagamaan dan sejarah.
Fasal-fasal
lainnya berisikan kisah-kisah penuh corak dan warna tentang Ahuras dan Daevas
disertai kisah-kisah berisikian kiasan. Semuanya terbagi kedalam berbagai bab
dan fasal.
Bab
yang dinilai paling penting dri seluruhnya adalah Yasht ke XIX berisikan kisah
tentang nab terbesar dari Iran itu Zarathustra, beserta ajarannya tentang akhir
alam semesta (eskatologi) dan tentang peradilan terakhir dari Ahura Mazda.
Kitab Khorda Avesta
Kitab
khorda avesta itu bermakna “avesta-kecil”, berisikan kumpulan nyanyian agamawi
berbentuk singkat, untuk digunakan oleh seluruh orang beriman dari kalangan
awwam, didalam kebaktian sehari-hari.
Ajaran-Ajaran pokok dalam agama Zoroaster ini yang terdapat dalam
kitab-kitabnya mencakup:
a.
Manusia
Dalam
teks yang berjudul “Nasihat Pilihan dari Para Bijak Bestari Zaman Dulu”atau
dikenal juga sebagai “Kitab Nasihat Zartusht” ditemukan konsep tentang manusia.
Manusia pada asalnya, adalah wujud gaib, dna rohnya, dalam bentuk Fravashi
atau Fravahr,ada sebelum jasmaninya. Baik jasad maupun rohnya adalah ciptaan
Ohrmazd (Ahura Mazda), dan roh tidak bersifat abadi. Manusia adalah milik Tuhan
dan kepada-Nya dia akan kembali.
Syetan
atau Ahriman adalah penentang Tuhan. Dia seperti Tuhan adalah roh gaib murni;
dia dan Ohrmazd adalah musuh abadi, cepatatau lambat pertarungan anatar
keduanya tidak akan terelakkan. Penciptaan atau makhluk bagi-Nya merupakan
suatu kebutuhan bagi pertarungan-Nya melawan syetan, dan manusia berada di
garis depan pertempuran ini. Dalam hal ini manusia tidak di paksa Tuhan tetapi
karena dia bebas dan sukarela menerima peran ini ketika ditawarkan kepadanya.
Di dunia setiap orang bebas memilih baik atau buruk. Jika dia memilih kejelekan
berarti dia bertindak tidak alami karena “ayah”nya adalah Ohrmadz.
Hal
diatas sesuai dengan pendapat As-Syahtastani yang mengatakan, “Manusia bertugas
untuk senantiasa mebantu kebaikan dan cahaya di tengah pergulatan Ahura Mazda
dengan kejahatan dan kegelapan (Ahriman). Hal ini dapat diwujudkan dengan senantiasa
melakukan kebaikan, berkahlak mulia,serta menerapkan hukum dan undang-undang
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Semua itu dilandaskan atas kebebasan untuk
memilih. Siapa yang memilih kebaikan dan kebenaran, maka dia akan menuai
hasilnyadi kehidupan dan akhirat yang abadi kelak. Adapun orang yang membela
kejahatan dan kedustaan, dia pun akan mendapatkan siksa di neraka yang abadi.”
Bagi
agama Zoroaster peran manusia di dunia, yaitu bekerjasama dengan alam serta
menjalani kehidupan yang saleh dengan pikiran, perkataan dan perbuatan yang
baik. Di dunia, manusia mempunyai kewajiban untuk hidup berumahtangga dengan
mempuyai istri dan mempunyai anak. Semakin banyak manusia adalah semakin baik
karena akan semakin mudah untuk mengalahkan Ahriman.
b.
Tuhan dan Penciptaan
Keyakinan
agama Zoroaster meliputi aspek
monoteisme dan paganisme sekaligus. Mulanya, keyakinan Zoroaster hanya
mencakup monoteisme saja. Namun, seiring berkembangnya, keyakinan agama ini
juga meliputi paganisme. Prof. Dr. Ali Abdul Wahid Wafi, seorang sejarawan
muslim kontemporer, mengatakan bahwa zarathustra, meyerukan ajaran monotaisme
untuk menyembah Tuhan yang tunggal , pencipta segala sesuatu dan segala alam,
baik yang berupa esensi (ruh) maupun materi (maddah).
Menurut
penganut Zoroaster, Dzat Ahura Mazda adalah esensi murni yang suci dari segala
bentuk materi, yang tak dapat dilihat oleh pandangan mata dan tidak dapat
ditangkap kedzatannya oleh akal manusia. Oleh karena itu Zoroasternisme pun
membuat rumusan tentang hakikat ketuhanan Dzat Ahura Mazda dengan dua rumus
penting.
Rumus
pertama bersifat transenden (Samawi) yang disimbolkan dengan matahari,
dan rumus yang kedua bersifat imanen (Ardhi) yang disimbolkan dengan
api. Keduanya adalah unsur yang memancarkan cahaya, menerangi semesta, suci,
serta tidak dapat terkontaminasi oleh hal-halyang buruk dan segala bentuk
kerusakan. Kepada cahayalah kehidupan semestaraya ini bergantung. Sifat inilah
yang paling mendekati untuk digambarkan oleh akal manusia akan sifat pencipta.
Anggapan
sakral dan cara pengikut Zoroaster menyucikan api inilah yang pada akhirnya
menjadikan agama tersebut bergeser dari monoteisme ke paganisme. Zoroaster pun
berubah menjadi agama panteisme (hulul) dan paganisme. Api sendiri pada
akhirnya berubah dari sebatas isyarat menjadi Sang Pencipta itu sendiri, dani
pun dirumuskan atasnya.
Sejatinya,
pada tradisi dan ajaran awal Zoroaster, tidak di kenal konsep dua Tuhan.
Zoroaster hanya meyakini dua kekuatan besar dalam kehidupan yang senantiasa
berlawanan atau berbenturan. Salah satunya terkumpul dalam kekuatan kebaikan,
cahaya, kehidupan, kebenaran, dan kemuliaan sementara kekuatan lain terkumpul
dalam kejahatan, kegelapan,kematian, dan angkara murka.
Asy-Syahrastani berkata: “ sebenarnya, Zoroaster
meyakini bahwa Tuhan itu satu, tunggal, tidak ada sekutu, lawan dan kawan,
Pencipta cahay dan kegelapan. Namun para pengikut Zoroaster meninggalkan
pandangan tersebut. Mereka meyakini bahwasannya alam raya ini tak lain
merupakan jelmaan dari pergulatan abadi antara Ahura Mazda, Dewa Terang, dengan
Ahriman, Dewa Kegelapan.kemenangan Ahuran Mazda dalam kehidupan adalah sesuatu
yang pasti dan tak terbantahkan.”[8]
c.
Etika
Sebagian
besar ajaran agama Zoroaster adalah menyangkut masalah etika. Dasar pikiran
teologisnya mempunyai inti pandangan moralistik tentang kehidupan. Kenyataan
kehidupan yang utama dan tidak bisa dihindari adalah kejelekan. Baik adalah
baik dan jelek adalah jelek. Menolak adanya prinsip dan kejelekan yang terpisah
sama dengan mempertalikan atau menghubungkan kejelekan pada Tuhan. Ini tidak
mungkin. Oleh karena itu, kejelekan tentu merupakan sesuatu yang berdiri
sendiri yang secara terpisah. Moralitas Zoroaster, diungkapkan dalam tiga
kata,yaitu humat, huklit, dan huvarsht, yang artinya
pikiran baik,perkataan baik, dan perbuatan baik. Yang utama dari ketiga hal itu
adalah perbuatan baik.
Inti
dari ajaran Adhurbadh bin Mahraspand adalah “hiduplah dengan baik dan menjadi
orang yang berguna, berilah perhatian kepada sesama, laksanakan
kewajiban-kewajiban agama, garap lah tanah, hidup lah berkeluarga dan didiklah anak-anak sehingga
menjadi terpelajar. Ingatlah bahwa hidup di dunia ini adlaah sebuah pendahuluan
bagi hidup di hari nanti, atau akhirat, dan roh orang yang meninggal akan
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang perbuatan-perbuatan yang dikerjakannya
di dunia.”
d.
Kematian Dalam Zoroasterianism
Zoroastrianisme tidak mengizinkan penguburan dan pembakaran tubuh orang yang telah meninggal karena dianggap akan menodai air, udara, bumi dan api. Mereka menyelenggarakan ritus kematian dengan menempatkan mayat di atas Dakhma atau Menara Ketenangan (Tower of Silence). Di sana terdapat pembagian tempat yang jelas bagi kaum laki-laki, perempuan dan anak-anak. Adapun tahap-tahap yang dilakukan saat upacara kematian adalah sebagai berikut:
1.
Mayat dibiarkan di dalam sebuah ruangan di rumah selama tiga hari
sebelum dibawa ke Dakhma, tempat untuk melaksanakan upacara kematian.Sesudah
itu, mayat lalu dibawa ke Dakhma atau Menara Ketenangan.
2.
Di sana mayat akan ditelanjangi dan ditidurkan di atas menara yang
terbuka dan dibiarkan agar dimakan oleh burung-burung.
3.
Sisa-sisa tulang kemudian dibuang ke dalam sumur
e.
Pengadilan saat Kematian
Ajaran
agama Zoroaster tentang nasib roh setelah mati terlihat sangat jelas. Konsep
kitab Avesta memberi dasar ajaran ini dan teks ini telah di salin dengan
sedikit bervariasi dalam kitab-kitab Pahlavi. Setiap roh manusia setetlah
kehidupan dunia ini akan bergentayangan selama tiga hari di dekat jasad yang
sudah menjadi mayat. Pada hari keempat, roh menghadapi pengadilan diatas
“Jembatan Pembalasan”, jembatan yag di jaga oleh Dewa Rashu yang bertindak sebagai
hakim yang secara sangat adil menimbang
perbuatan baik dan buruk manusia. Jika perbuatan baiknya lebih berat roh
tersebut diizinkan langsung menuju surga, tetapi jika perbuatan buruknya lebih
besar roh tersebut di tarik dan dimasukkan ke dalam neraka. Apabila perbuatan
baik dan buruk seimbang maka roh tersebut di bawa ke suatu tempat yang bernama Hamestagan
atau tempat campuran. Tempat ini tidak disebut dalam teks Menok i Khrat,
tetapi sering disebut dalam teks-teks lain.dalam tempat ini, roh-roh mengalami
perbaikan dengan merasakan penderitaan yang berupa panas dan dingin.
Neraka
dalam agama Zoroaster bukan merupakan tempat penyiksaan abadi. Neraka hanya
bersifat sementara dan merupakan tempat penyucian dari noda-noda dosa. Akhir
penyucian dosa terjadi pada pengadilan (hisab) terakhir pada akhir zaman.
Disini jelas tergambar bahwa roh harus menghadapi dua kali pengadilan,
pengadilan pada saat kematian dan pengadilan umum pada hari kiamat ketika jasad
manusia di bangkitkan kembali dan disatukan lagi dengan rohnya. Di dalam agama
Zoroaster ini, pengadila umum diikuti dengan penyucian,akhir dari noda-noda
dosa sehingga semua menjadi suci tanpa dosa. Tidak ada siksaan abadi dan
akhirnya, semua manusia masuk surga.
f.
Hari Kebangkitan
Sebagaimana dapat dipahami dari uraian yang telah
dikemukakan sebelumnya, pengadilan roh pada saat kematian hanyalah merupakan
suatu pendahuluan bagi pengadilan akhir hari kiamat. Penghitungan terakhir,
menurut agama Zoroaster, juga hanya berupa tiga hari “penyucian” di dalam logam
yang meleleh dan setelah itu roh-roh terkutuk bangkit dari neraka dan seluruh
umat manusia tanpa kecuali berkumpul dalam surga temat mereka semua akan memuji
Tuhan selamanya. Tuhan mengutuk makhluk-Nya dengan siksaan abadi karena
dosa-dosanya bagaimanapun besarnya. Semua dosa akan dihukum dengan setimpal
didalam neraka yang bersifat sementara. Neraka adalah tempat tinggal Ahriman
dan Syaitan-syaitan. Tuhan melunakan keadilan dengan ras belas kasihan. Dia
tidak memiliki sifat yang kejam dan sama sekali tidak bisa murka.
Konsep surga menurut agama Zoroaster sangar
sederhana. Surga adalah suatu keadaan yang kembali kepada kehidupan dunia
sebelum Ahriman dengan gila menghenatangnya. Surga adalah seperti tempat reuni
keluarga yang sangat besar yang di dalamnya kehidupan dunia yang ideal
dipulihkan, suatu kehidupan yang berpusat di sekitar keluarga manusia di mana
suami sekali lagi bisa menikmati keintiman istrinya yang sah dan berkumpul
kembali bersama anak-anaknya. Kehidupan di surga adalah penyempurnaan alami
dari pada kehidupan di dunia dengan kekecualian manusia tidak lagi memiliki
nafsu makan dan merupakanm tempat para roh memuji ahura mazda dan amahraspand
dengan keras. Di sana seluruh keluarga manusia berkumpul dalam suatu kehidupan
abadi dan kenikmatan yang abadi pula.
C.
Praktek Keagamaan dalam Agama Zoroaster
Zoroaster menganjurkan
pengikutnya untuk selalu menyalakan api suci di tungku-tungku api yang terapat
disetiap kuil peribadatan. Api tersebut harus selalu menyala dan memancarkan
cahaya. Tungku apai itu di urus dan di jaga oleh para pemimpin agama (magi),
rohaniawan muda, juga oleh para pendeta kuil. Setiap hari mereka selalu
memasukkan kayu cendana ke dalam tungku api sebanyak lima kali, atau kayu lain
yang mengeluarkan aroma wewangian khas, juga menaburkan serbuk serbuk dan
cairan wewangian sehingga udara di dalam kuil selalu terasa segar dan harum
semerbak. Mereka juga merapalkan doa-doan dan melaksanakan ritual keagamaan
disekitar api tersebut. Dalam tradisi Zoroasternisme, ketika akan mendirikan
sebuah kuil api baru, mereka diharuskan menyalakan api terlebih dahulu pada
sembilan buah lilin atau obor. Nyala api
di obor pertama kemudian disalurkan untuk nyala api di obor kedua, dan
seterusnya hingga pada obor kesembilan. Pengikut Zoroaster meyakini, api yang
menyala pada obor terkahir itulah yang telah sampai pada derajat kesucian api.
Dan dari api kesembilan itu mereka menyalakan apipada tungku kuil yang baru
tersebut.[9]
Dalam satu butir teks “beberapa perkataan Adurbadh bin
Mahraspand”, ayat 72,di sebutkan “pergilah ke kuil api tiga kali sehari dan
bacala doa pada api.” Kelanjutan ayat tersebut mengatakan bahwa siapa yang
paling sering pergi ke kuil api dan membaca doa pada api akan menerima banyak
barang duniawi dan kesucian.
Mary Boyce, dalam bukunya Zoroastrians, Their
Religious Beliefs and Practice menjelaskan bahwa waktu ibadat orang-orang
Iran zaman dahulu ketika matahari terbit, ketika tengah hari, dan ketika
matahari terbenam.waktu yang tersebut terakhir nampaknya diperuntukkan bagi roh
orang yang telah meninggal dunia. Zoroaster nampaknya memberikan dua tambahan
lagi sehingga dia mewajibkan kepada para pengikutnya untuk beribadat lima kali sehari. Tambahan pertama
adalah waktu setengah siang seperti waktu Ashar seperti dalam agama Islam,
yaitu tengah-tengah antara tengah hari dan waktu matahari terbenam. Bagi agama
Zoroaster, selama musim panas doa-doa yang di baca pada tengah hari berfungsi
membantu orang yang saleh untuk berfikir tentang kebenaran serta tentang
kejayaan kebaikan sekarang dan yang akan datang, sedangkan selama musim dingin
adalah merupakan peringatan tahunan akan adanya kekuatan kejahatan yang
mengancam dan perlunya bertahan terhadapnya.
Tambahan baru lainnya adalah waktu tengah malam yang
tenggang waktunya sampai saat matahari terbit. Doa ini dipersembahkan bagi
Sraosha, Tuhannya doa. Selama waktu itu, ketika kekuatan kegelapan berada pada
puncak yang paling kuat dan mencari-cari mangsa, para pengikut Zoroaster harus
bangun, mengisi minyak dan dupa pada tungku api dan memperkuat dunia kebaikan
dengan doa-doa mereka.
Bentuk dan isi sembahyang yang di kenal dari praktek yang ada adalah sebagai berikut:
1.
Orang yang hendak melaksanakan sembahyang mempersiapkan
diri dengan mencuci wajah, tangan, dan kaki dari kotoran debu kemudian menutup sebagian mukanya.
2.
Melepaskan tali kawat suci dan berdiri dengan tali di
pegang dengan kedua tangan dimukanya, tegak lurus dihadapan penciptanya,
matanya menatap simbol kebajikan, yakni api
3.
Dia berdoa kepada Ohrmazd (Ahura Mazda), mengutuk Ahriman
(sambil memukul-mukulkan ujung kawat dengan penghinaan), memasang tali kawat
lagi sambil masih berdoa.
Disamping
perayaan individu tersebut, para pengikut Zoroaster masih mempunyai kewajiban bersama yaitu merayakan tujuh macam
peringatan hari besar tahunan. Waktu peringatan berbeda-beda, ada yang
pertengahan musim semi, ada yangpertengahan musim panas, dan ada yang
pertengahan musim dingin.perayaan in dirayakan denga menghadiri upacara agama
(sembahyang) di pagi hari dan kemudian berkumpul bersama di dalam kegembiraan
dengan pesta makan bersama. Makanan yang dimakan sebelumnya di beri berkah di
dalam upacara agama yang dilaksanakan pada pagi hari tersebut. Orang-orang kaya
saling bertemu di dalam kesempatan ini yang merupakan waktu iktikad baik umum,
perselisihan didamaikan dan persahabatan diperbaharui dan diperkuat.
Upacara-upacara khusus bagi kelahiran (massa penandaan), perkawinan dan
kematian juga diajarkan dalam agama Zoroaster.[10]
Upacara penandaan atau
Navjot (secara harfiah
berarti Kelahiran Baru) adalah perayaan ketika seorang anak diterima masuk ke
agama Majusi, selanjutnya dia diberikan simbolisasi keimanan – baju (sudreh)
dan korset (kusti). Upacara ini berlangsung pada saat usia tujuh dan empatbelas
tahun. Setelah pemberian ini setiap penganut Zoroster, baik lelaki maupun
wanita, memakainya siang dan malam, dan ini menjadi baju yang dikenakan ketika
akhir hayatnya.
Upacara
kedua berkaitan dengan perkawinan. Ini kewajiban yang mengikat pengikut Majusi
untuk kawin dan membesarkan anak. Bagian terpenting dari upacara perkawinan
tiga kali pengucapan dalam akad perkawinan oleh pendeta resmi, diikuti
pemberkatan Tuhan, Amesha Spentas dan Yazatas pada pasangan baru.
Perbedaan yang mencolok
dari upacara Agama Zoroaster ini berkenaan dengan kematian. Setelah nyawa
meninggalkan raganya, maka badan jasmaninya dianggap tidak suci. Ia harus
dihancurkan secepat mungkin. Ia tidak boleh disentuh elemen suci-api, bumi, dan
air. Jadi tidak dibakar, dikubur, atau tidak juga dihanyutkan kedalam air. Ia
dibiarkan dimakan oleh burung bangkai. Mayatnya diletakkan pada suatu tempat
yang disebut Menara Kesunyian yang menghadap matahari. Puncak menara dibiarkan
terbuka untuk memberi kebebasan burung-burung memakannya. Kejadian ini cepat
berlangsung sekitar setengah jam, dan kerangka mayat memutih dibawah sinar
matahari dan udara dalam waktu beberapa hari. Ini kemudian dikumpulkan dan
disimpan dalam terowongan di pusat menara, dan disana mereka remuk menjadi
debu. Kebiasaan menghancurkan mayat ini tidak pernah terjadi pada saat
Zarathushtra atau pun pada awal masa Achaemenid. Herodotus mengacu kebiasaan
penguburan diantara bangsa Persia, dan kuburan Cyrus masih ada sampai sekarang.
Menara Kesunyian (Dokhmas) datang sebagai hasil pengaruh Magi, pendeta dari Medes.
Hal dipertahankan oleh pengikut Zoroaster dengan alasan agama maupun sanitasi.
D.
Aliran
Agama Zoroaster
Aliran Agama Agama
Zoroaster diantaranya:
1. Aliran Manu
Diantara
ajaran yang diajarkan oleh aliran ini diantaranya:
a. Tentang baik dan buruk
Menurut ajaran manu ini bahwa segala
kehidupan ini adalah kebaikan, karena akhirnya Tuhanlah yang akan menang atas
roh kejahatan; oleh karenanya manusia hendaknya membantu Tuhan mengalahkan roh
jahat dengan melakukan segala kebaikan.
b. Anjuran menghentikan perkawinan
Selain itu menurut mereka pertempuran antara kebenaran dan kejelekan akan terus berlangsung selama manusia terus berkembang. Oleh karena itu menurut mereka agar semua kejahatan dan kejelekan cepat berakhir maka manusia harus menghentikan perkembang biakanya dengan kata lain tidak menikah agar tidak memiliki keturunan.
Selain itu menurut mereka pertempuran antara kebenaran dan kejelekan akan terus berlangsung selama manusia terus berkembang. Oleh karena itu menurut mereka agar semua kejahatan dan kejelekan cepat berakhir maka manusia harus menghentikan perkembang biakanya dengan kata lain tidak menikah agar tidak memiliki keturunan.
c. Zuhud
Menurut ajaran ini pula, manusia harus menjauhi segala kesenangan dunia. Termasuk melarang menikah, menyembelih binatang dan makan daging.
Menurut ajaran ini pula, manusia harus menjauhi segala kesenangan dunia. Termasuk melarang menikah, menyembelih binatang dan makan daging.
d. ‘Ibadat
Aliran Manu mengajarkan peribadatan yaitu sembahyang dan puasa, sebelum sembahyang mereka mengusap anggota badan dengan air, kemudian menghadap matahari, lalu bersujud. Dalam tiap kali sembahyang ada dua belas kali bersujud; pada tiap sujud dilakukan doa; mereka berpuasa 7 hari dalam sebulan.
Aliran Manu mengajarkan peribadatan yaitu sembahyang dan puasa, sebelum sembahyang mereka mengusap anggota badan dengan air, kemudian menghadap matahari, lalu bersujud. Dalam tiap kali sembahyang ada dua belas kali bersujud; pada tiap sujud dilakukan doa; mereka berpuasa 7 hari dalam sebulan.
2. Madzdak
Aliran ini ajarannya mirip dengan ajaran Majusi kuno yakni meyakini adanya dua tuhan, yaitu tuhan baik dan tuhan keburukan. Selain itu ajaran yang paling terpenting dari aliran ini adalah ajaran yang mirip dengan sosialisme yang menyatakan bahwa manusia harus sama derajatnya. Yakni tidak memiliki stara social. Dan menurut mereka penyebab utama dari kejahatan dan peperangan adalah wanita dan harta, yang menyebabkan pengikut aliran ini membuat kekacauan di Naishaburi. Karena mereka memaksa orang-orang hartawan untuk menyerahkan harta mereka dan menyerahkan wanita agar tidak terjadi kekacauan atau peperangan.
Aliran ini ajarannya mirip dengan ajaran Majusi kuno yakni meyakini adanya dua tuhan, yaitu tuhan baik dan tuhan keburukan. Selain itu ajaran yang paling terpenting dari aliran ini adalah ajaran yang mirip dengan sosialisme yang menyatakan bahwa manusia harus sama derajatnya. Yakni tidak memiliki stara social. Dan menurut mereka penyebab utama dari kejahatan dan peperangan adalah wanita dan harta, yang menyebabkan pengikut aliran ini membuat kekacauan di Naishaburi. Karena mereka memaksa orang-orang hartawan untuk menyerahkan harta mereka dan menyerahkan wanita agar tidak terjadi kekacauan atau peperangan.
a. Tsanwiyah
Diantara ajarannya selain mengakui dua tuhan, mereka juga mengajarkan untuk menyembah api, selain mereka juga menyembah berhala.
Diantara ajarannya selain mengakui dua tuhan, mereka juga mengajarkan untuk menyembah api, selain mereka juga menyembah berhala.
b. Disahniyah
Dishaniyah adalah ajaran Majusi yang lahir di luar persi. Yang
didiraikan oleh bangsa Siryani (Sirya) yang bernama Bardaishan datau ibnu Dishan yang wafat pada tahun 222 M. ajarannya
mirip dengan ajaran Manu yang menyatukan dua ajaran yakni Nasrani dan Majusi.
Hanya saja perbedaanya adalah menurut mereka bahwa Isa Al Masih merupakan Allah
yang diserupakan dalam bentuk manusia yang diutus untuk manusia. Selain itu
ajarannya juga yang berbeda dengan yang lainnya yaitu mereka tidak mempercayai
adaanya hari akherat. Sehingga menyebabkan aliran ini yang sangat berbeda
dengan yang lainnya.
3. Zindiq
Zindiq adalah sebuah aliran Majusi yang sangat berbeda dengan yang lainnya. Yakni agama Majusiah yang Atheis yakni tidak percaya akan adanya Tuhan. Menurut mereka bahwa alam raya ini terjadi dengan sendirinya, dan tidak akan berakhir, kekal selama-lamanya, dan zaman yang beredar ini akan terus berputar tiada akan berakhir.
Zindiq adalah sebuah aliran Majusi yang sangat berbeda dengan yang lainnya. Yakni agama Majusiah yang Atheis yakni tidak percaya akan adanya Tuhan. Menurut mereka bahwa alam raya ini terjadi dengan sendirinya, dan tidak akan berakhir, kekal selama-lamanya, dan zaman yang beredar ini akan terus berputar tiada akan berakhir.
E.
Sekte-sekte
dalam Zoroastrianisme
Terbaginya Zoroastrisme
ke dalam beberapa kelompok bukan disebabkan karena perbedaan pemahaman
teologi. Pembagian sekte-sekte ini karena waktu perayaan Tahun Baru yang
berbeda-beda. Terdapat tiga sekte dalam Zoroastrianisme.
1.
Kelompok
Shenshahi yang merayakan Tahun Baru pada musim gugur sekitar bulan Agustus atau
September
2.
Kelompok
Qadimi yang merayakan Tahun Baru pada musim panas, sekitar bulan Juli atau
Agustus
3.
Kelompok
Fasli yang merayakan Tahun Baru pada musim semi yaitu setiap tanggal 21 Maret.
DAFTAR PUSTAKA
Ø
Abdullah al-Maghlouth,
bin Sami, Atlas Agama-Agama, Almahira, Jakarta: 2010.
Ø
Ali, H. A. Mukti, Agama-Agama
Dunia, IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarya: 1988.
Ø
Sou’yb, Joesoef, Agama-agama Besar di Dunia, Jakarta: Al
Husna Zikra, 1996.
1 komentar:
Agama Zoroaster adalah agama asli Iran yang masih ada sampai saat ini, salah satu umatnya adalah Fredy Mercury rocker terkenal
Posting Komentar