Senin, 03 Juni 2013

AGAMA ZOROASTER

A.    Sejarah dan Perkembangan Agama Zoroaster
Agama Zoroaster, dikenal dengan nama Zoroastrianism di Dunia Barat, karena Nabinya, yang bernama Zarathustra. Zarathustra lahir di sebelah Utara Iran, yakni di dalam kota Azerbaijan. Disana tinggal seorang lelaki bernama Porushop Spitama dari suku Spitama, bersama isterinya Dughdova yang cantik jelita yang masih berusia 15 tahun ketika itu. Pada saat itu, Dughdova belum dijamah oleh suaminya melahirkan seorang bayi laki-laki yang di beri nama Zarathustra.[1]
Menurut tradisi ajaran agama Zoroaster, Zarathustra adalah seorang Nabi. Nama lengkapnya adalah Zarathustra bin Pourushaspa. Dia memperoleh kepercayaan dari Tuhan untuk menyampaikan ajaran bagi semua manusia.Di wilayah Indo-Iran, anak yang berumur sekitar 7 tahun sudah mulai memperoleh pelajaran kependetaan secara lisan karena belum ada pengetahuan menulis.Pelajaran kependetaan tersebut tentunya menyangkut masalah tentang cara beribadah, ajaran pokok-pokok agama, hapalan-hapalan doa dan pujian-pujian kepada Tuhan. Orang Iran berpendapat bahwa kematangan atau kedewasaan seseorang itu sudah mencukupi pada usai 15 tahun.Dan kira-kira pada uisa itu Zarathustra mulai menjadi pendeta.
Kelahiran konon, kelahiran bayi laki-laki itu telah di nubuwatkan sejak 3000 tahun sebelumnya, (SBE, 5:21 ; 47:31-34 ; 47:135-138). Ahura Mazda telah menitiskannya ke dalam “rahim seorang gadis yang masih perawan”, (SBE, 47:17-18).dari suatu “nur abadi, yang terpadu di dalam rahim ibu Zarathustra” yang masih berusia 15 tahin kala itu, (SBE, 47:138-139). Peristiwa itu menimbulkan keheranan di dalam lingkungan keluarganya dan dianggap perbuatan sihir, (SBE,47:18-20). Sewaktu bayi itu terlahir, konon dia tertawa besar, (SBE, 47:35, 41, 123, 142, 143). Bayi yang terlahir itu beberapa kali dapat diselamatkan dari bencana kaum Majusi, (SBE, 4:224-225 ; 47:35-40), diceritakan sebagai berikut :
“Pada saat kelahiran bayi itu, Kepala Kaum Majusi di tanah Iran yang bernama Durashan mendadak gemetar ketakutan yang amat sangat, dan memperoleh firasat bahwa seorang bayi laki-laki baru terlahir ke dunia yang akan menghancurkan Agama Majusi beserta pemujaan berhala dan akan memusnahkan kaum Majusi dari permukaan bumi.
Durashan mengirimkan 3 orang Majus umtuk mencari bayi itu dan membawanya ke Kuil Api. Sementara itu Kepala Majusi Durashan sedang mempersiapkan Api Besar pada altar pemujaan. Ketika bayi itu dibawa kepadanya, ia pun melemparkannya ke dalam Api Besar itu dan berpikir bahwa bayi itu akan musnahdilalap Dewa Api. Tapi ternyata dia keliru. Lalu ketika Dughdova tidak menemukan puteranya yang masih bayi itu disana-sini, ia pun menuju Kuil Api umtuk menyampaikan pemujaan dan permohonan. Mendadak ia melihat puteranya itu tengah bermain-main di dalam nyala api itu. Api itu dirasakannya sejuk sewaktu dia mengambil puteranya itu dan membawanya kembali pulang.
Kapala Majusi tanah Iran itu kembali memperoleh firasat bahwa bayi laki-laki itu selamat.Ia pun kembali memerintahkan 3 orang Majus untuk menculik bayi itu dan melemparkannya di padang penggembalaan tempat lalu-lintas rombongan sapi. Bayi ini berhasil diculik dan ditinggalkan di tempat itu agar terinjak-injak rombongan hewan. Ketika rombongan hewan melintas pada sore hari disitu, mendadak seekor hewan diantaranya berlari ke depan lalu berdiri melindungi bayi itu sampai rombongan hewan itu lewat semuanya. Dughdova yang sejak tadi mencari bayinya kesana kemari, lantas menjumpai bayinya di padang penggembalaan dalam keadaan selamat.
Kepala Majusi tanah Iran itu kembali memperoleh firasat bahwa bayi itu selamat.Ia pun kembali memerintahkan 3 orang Majus untuk menculiknya dan melemparkannya ke dalam gua sarang serigala di punggung bukit di luar kota. Bayi yang berhasil diculik itu lantas ditinggalkan disitu.Tatkala rombongan serigala pulang ke kandangnya pada sore hari, tercium bau daging dan darah manusia yang sangat harum.Dengan mulut berceceran air liur, rombongan serigala itu mendekati bayi itu, namun mendadak semuanya diam terpaku.Bayi itu menangis kehausan.Memdadak seekor domba datang lantas menyusukannya.Domba itu konon malaikat (Ahuras)yang dikirimkan oleh Ahura Mazda.Rombongan serigala itu masih diam terpaku sampai Dughdova datang dan menjumpai puteranya disitu lalu membawanya pulang.”[2]
Menjelang umur 20 tahun ia gemar mengembara kesana kemari serta memberikan bantuan kepada orang yang melarat dan kesusahan. Dan pada usia 20 tahun ia pun dikawainkan oleh ibunya dengan seorang gadis bernama Havivi.
Pada usia 30 tahun, Zarathustra menerima wahyu yang peratama. Diceritakan bahwa suatu ketika ia sedang berada di suatu perkumpulan untuk merayakan musim semi. Ia pergi saat fajar ke sungai utnuk mengambil air bagi keperluan upacara haoma. Ia menyebrang ke tengah sungai untuk mengambil air dari aliran yang ada di tengah.ketika hendak kembali ke pinggir, dia menemukan dirinya  dalam keadaan kesucian ibadat (ritual),muncul dari unsur yang murni, air, dalam kesegaran fajar musim semi. Ia melihat bayang-bayang. Di tepian sungai dia melihat suatu zat yang berkilauan yang menyebut diri sebagai Vohu Manah (itikad baik), yang kemudian membawanya kehadapan Tuhan Ahura Mazda serta lima bentuk badan yang bersinar. Dihadapan mereka, Zarathustra tidak melihat bayangannnya karena mereka memancarkan cahaya yang terang benderang. Dan saat itulah ia menerima wahyu.[3]
Setelah ia menerima wahyu pertamanya,10 tahun pertama ia melakukan penyebaran agamanya itu di kota kelahirannya yaitu Iran Utara, Tetapi dalam masa tersebut hanya seorang saja yang beriman di kota kelahirannya tersebut, orang itu tidak lain adalah saudara sepupunya sendiri, Maidhyoimanha. Ia mengajarkan tentang kodrat Maha Tunggal yang bijaksana yang tak dapat disaksikan dan dilihat dan diraba, dan hal tersebut direspon dengan ejekan dan penghinaan, ia banyak bersabar dan terus memprcayai janji dari Ahura Mazda, hingga pada akhirnya ia memanjatkan permohonan dan kemudian keluar perintah agar ia hijrah dari sana, akhirnya pada tahun keduabelas kenabiannya, beliau meninggalkan tanah kelahirnya dan mengembara ke Timur, mula-mula ke Seista, dan selanjutnya ke Bactria yang diperintah oleh seorang raja bijaksana, Vishtaspa. Zarathushtra senantiasa menginginkan untuk memperoleh pengikut yang bijak dan berkuasa untuk menunjangmissinya.
           Raja Vishtaspa itu, yang dalam literature di Barat dikenal dengan Kings Hystaspes, berasal dari keluarga Hakkham.Seorang cucunya yaitu Cyrus the Great (559-529 SM) berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil diseluruh wilayah Iran dan membangun sebuah Imperium Parsi yang dikenal dengan dinasti Hakkham (600-331 SM), dan dunia Barat mengenalnya dengan dinasti Achaemenids. Ibukotanya yang semula terletak di kotaBalkh di pindahkan ke kota Sussa di sebelah timur sungai Tigris, kemudian ke Persepolis (Istakhri).[4]
                        Raja Vishtaspa menerima Zarathushtra dengan ramah-tamah, dan menunjukkan bahwa dirinya condong kepada risalahnya karena berdasarkan padaberdasarkan filsafat Zoroaster dengan pemikirannya tentang Tuhan bahwa inti dari gagasan ketuhanan tidak akan dicapai lantaran adanya perubahan bangsa dan bahasa. Yang berubah-rubah hanya nama Tuhan yang tunggal untuk seluruh alam. Setiap bangsa menyebutnya dengan nama yang diinginkan. Diriwayatkan bahwa Zarathushtra telah melakukan beberapa mukjizat di hadapan Sang Raja dan para Menterinya, serta melakukan diskusi yang lama dengan para cendekiawan di sana. Salah satu mukjizat yang ia tunjukkan yakni, dia mampu membuat sebuah lingkaran dengan tepat tanpa alat, padahal menurut ahli ilmu ukur hali itu tidak mungkin bisa dilakukan. Kemudian, mukjizat lainnya, ia pernah bertemu seorang buta, kemudian dia meminta jenis rumput tertentu untuk diperaskan di kedua mata si buta, dan si buta itu pun bisa melihat.[5]
Nabi Besar Iran ini wafat dalam usia 77 tahun. Setelah 47 tahun dengan usaha yang tekun menegakkan kebenaran. Beliau hidup dalam kesetiaan yang tak terbagi dan kebaktian kepada Tuhan yang bijaksana dan benar. Beliau adalah seorang yang penuh kesalehan, dan agamanya tidak bernafaskan lain kecuali kasih kepada yang menderita dan cinta kepada kebenaran.Dan konon pada saat serangan itulah Zarathustra meninggal ditikam oleh askar Turania.Zarathustra sewaktu wafatnya meniggalkan 3 istri, 3 puteri, dan 3 putra.
Raja-raja dari dinasti Achaemenids adalah penganut agama Zarathustra sampai kepada raja Darius III (363-331 SM). Pada masa inilah imperium parsi itu ditaklukkan oleh Alexander the Great (356-323SM) dari Macedonia dan lalu berlangsung Hellenisasi yang intensif diseluruh wilayah Iran. Setelah raja-raja Achaemenids itu pertumbuhan kekuasaannya sampai pada masa tumbangnya terbagiatas 3 tahap masa, yaitu:
1.      Masa 600-550 sebelum masehi, yaitu dalam mansa 150 tahun merupakan masa pertumbuhan kekuasaan dan pengembangan agama Zarathustra. Yaitu terdiri dari raja Hystaepes, raja Cyrus I, dan raja Cambyses I.
2.      Masa 550-486 sebelum masehi, yaitu dalam masa 65 tahun merupakan masa perluasan kekuasaan dan perluasan pengaruh agama Zarathustra. Terdiri dari raja Cyrus II yang diberi gelar the Great(550-530 SM), dan raja Cambyses II (530-521 SM) dan raja Darius I (521-486 SM). Pada masa inilah peneklukkan Babilonia, Assyiria, Asia Kecil, Palestina, dan peperangan terus-menerrus dengan penguasa-penguasa semenanjung Grik dan dengan raja-raja Pharao dari tanah Mesir.
3.      Masa 486-331 sebelum masehi, yaitu dalam masa 156 tahun merupakan masa sengketa yang terus menerus dengan pihak Grik. Terdiri atas raja Xerxes I (486-465 SM), dan raja Artaxerxes I (465-424 SM), dan raja Xerxes II (424 SM), dan raja Darius II (424-404 SM), dan raja Artaxerxes II ((404-358 SM), dan raja Artaxerxes III (358-3338 SM), dan raja Arses (338-336 SM), dan raja terakhir Darius III (336-331 SM). Pada masa terakhir inilah Alexander the Great dari Macedonia dengan kesatuan kekuatan Grik seluruhnya menaklukkan Asia Kecil dan Syria dan Palestina dan Mesir dan seluruh wilayah bagian Timur sampai Asia Tengah dan anak Benua India.[6]

Di dalam wilayah yang luas itu berlangsung Hellenisasi, pemaksaan kebudayaan Grik, mitologi Grik, beserta filsafat Grik.Dan pada anak Benua India meninggalkan jejaknya pada seni pahat patung. Dengan berlangsungnya Hellenisasi sekitar 5 abad lamanya di wilayah Iran, dibawah dinasti Seleucids dan dinasti Arsacids, maka bahasa Iran Tua lenyap dari pergaulan sehari-hari digantikan oleh bahasa Pahlevi Tua, yaitu perpaduan bahasa antara bahasa Grik dengan bahasa Iran.
Sementara itu mithologi Grik yang memuja Dewa Zeus, yang melambangkan Dewa Matahari itu, besarta pemujaan terhadap Dewa-dewa lainnya, lantas diserap oleh masyarakat hingga Agama Zarathustra yang asli dan yang menganut monotheisme itu bergantikan aliran-aliran Mazdaism, Mithraism, dan Manichaenism.
Aliran-aliran itu berkembang dan menjadi anutan masyarakat umum dari abad ke abad sampai pada masa pertumbuhan dan perkembangan kekuasaan Nasional Iran kembali, yaitu dinasti Sassanids (226-641 M).Pada tahun 641 M, yaitu pada masa pemerintahan Koshru Yesdegird III (634-641 M), kekuasaan Sassanids di tanah Iran ditumbangkan oleh kekuasaan Islam yakni pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab (634-644 M). Dan itulah perkembangan terakhir dari agama Zarathustra sepanjang sejarahnya semenjak 12 abad lamanya, lantas terdesak oleh pengaruh agama Islam di tanah Iran.

B.     Ajaran-Ajaran Agama Zoroaster

Kitab suci agama Zoroaster ini di kenal dengan nama Zend Avesta.kitab ini terbagi lagi menjadi tiga bagian, yakni:
1.      Gathas, kitab yang berisi tentang “nyanyian” atau “ode” yang secara umum dan tepat dinisbahkan kepada Zoroaster sendiri;
2.      Yashts atau hymne korban yang ditujukan kepada berbagai macam dewa; dan
3.      Vendidat/ Vindevdat, “aturan melawan syetan”,berupa sebuah risalah yang terutama menyangkut ketidakmurnian ibadah dan prinsip dualisme yang diperkenalkan oleh Zoroasternisme dan diuraikan sangat panjang dalam bidang kehidupan praktis.
                        Gathas memuat ajaran-ajaran yang dikemukakan sendiri oleh Zoroaster. Sayangnya bantuan ilmu bahasa hanya berhasil sebagian dalam menangkap makna teks-teks yang kabur ini. Isi bagian kitab ini bertentangan dengan Yashts, yang merupaka langkah mundur pada paganisme. Dalam Yashts ditemukan suatu konsep politeisme yang mirip dengan konsep yang terdapat dalam kitab suci agama Hindu, Rig-Veda. Konsep Politeisme inilah yang di tentang oleh Zoroaster. Baik dalam Yashts mauoun dalam Rig-Veda dijumpai sejumlah besar dewa dan setengah dewa.[7]
Menurut Joesoef Sou’yb dalam bukunya Agama-Agama Besar di Dunia mengatakan, bahwa kitab suci Zend Avesta itu pada awalnya terdiri dari 21 buah Kitab. Tetapi kini tinggal 5 buah Kitab saja, yaitu: Yasna, Vispered, Vendidad, Yasht, dan Khorda Avesta.

Kitab Yasna

Kitab Yasna itu berisikan himpunan nyanyian pujaan (hymne) umtuk keperluan kebaktian terdiri dari 72 buah fasal dan semuanya terbagi atas tiga bagian:

(1). BAGIAN PENGANTAR, yitu fasal 1-27 tentang minuman suci yang disebut Hooma, yang sebutan lengkapnya Hooma Yasht. Fasal 12 berisikan bunyi pengakuan keimanan (credo=syahadat) dan merupakan dokumen bernilai bagi sejarah peradaban.
(2). GATHA’ ialah fasal 28-54, yang berisikan bimbingan dan tuntunan. Gatha’ itu terbagi menjadi lima buah anak bagian, yaitu fasal 28-34 dan fasal 35-46 dan fasal 47-50 dan fasal 51-52 dan fasal 53-54, sedangkan fasal 35-42 disebut dengan haptan-haiti berisikan tujuh buah sisipan Yasna, nyanyian keagamaan. Gatha’ inilah yang terpandang paling utama sekali di keseluruhan kitab suci Zend Avesta, oleh karena masih memperlihatkan ungkapan-ungkapan tua mengikuti gaya bahasa Iran Tua.
(3). APERO YASNO, atau Yasna-Belakangan, adalah fasal 55-72, berisikan himpunan nyanyian pujaan terhadap kodrat-kodrat gaib, terdiri atas:

a. Sraosha (Srosh) Yasht, fasal 57.
b. Pujaan terhadap Api, fasal 62.
c. Pujaan terhadap Air, fasal 63-69.
d. Pujaan terhadap kodrat-kodrat lainnya.

Kodrat-kodrat gaib itu dipandang menguasai unsur-unsur alamiyang disebut ahuras.Sesuai dengan namanya maka bagian ini adalah sisipan belakangan.Akan tetapi di dalam perkembangan agama Zarathustra sepanjang sejarahnya maka bagian inilah yang dipandang paling utama dan menjadi dasar bagi pegangan-pegangan keyakinan agamawi.

Kitab Vispered

Kitab Vispered itu bermakna kodrat-kodrat terkemuka (Vispe Ratave), berisikan pembahasan tentang kodrat-kodrat gaib yang terpandang paling terkemuka dan yang semuanya itu tunduk kepada Kodrat Tunggal Maha Bijaksana (Ahura Mazda).
Kitab itupun berisikan himpunan nyanyian permohonan, dan merupakan Kitab Kecil tentang kebaktian, terdiri atas 34 buah karde (anak-fasal).Isi dan bentuknya mirip dengan Yasna dan merupakan kitab kebaktian tambahan.

Kitab Vendidad

Kitab Vendidad itu berisikan hukum-hukum agama, terdiri dari 22 buah fargard (bab). Bermula tentang kejadian alam yang dualistik (bab I). dan tentang kejadian manusia pertama bernama Yima (bab II). Kemudain disusul oleh 20 bab tentang kumpulan Hukum-hukum Agama dalam berbagai masalah, sebagai berikut:

a.       Hukum-hukum dalam bidang pertanian.
b.      Hukum-hukum dalam bidang peternakan.
c.       Hukum-hukum tentang benda suci: Bumi, Air, Api.
d.      Hukum-hukum tentang pembersihan tubuh.
e.       Hukum-hukum tentang pemurnian diri.
f.       Hukum-hukum tentang tata-bakti kepada Ahura Mazda.
g.      Hukum-hukum tentang taubat.
Seluruh hukum-hukum yang termuat dalam kitab Vendidad itu berpangkal seluruhnya pada sebuah doktrin yang paling pokok, yaitu: perang terhadap Angro Mainyu dan seluruh kodrat-kodrat jahat, di dalam pelaksanaan kebaktian terhadap Ahura Mazda.        
Dari pokok doktrin itulah berasal nama kita ini: Vendidad. Nama itu singkatan dari vi-daevo-datom dengan sedikit perubahan bunyi, bermakna “hukum menentang Satan”. Kodrat-kodrat gaib yang jahat dan memiliki daya-goda bagi manusia dipenggil dengan nama daevas, dan semuanya tunduk kepada Angro Mainyu.

Kitab Yasht
Kitab Yasht itu berisikan kumpulan nyanyian-keagamaan tergadap para Izad.Yakni kodrat-kodrat gaib yang termulia, berisikan 21 buah nyanyian pujaan, merupakan kumpulan tambahan bagi Kitab Yasna.Beberapa bagian dari Kitab Yasht masih memperlihatkan ungkapan-ungkapa Iran Tua, yang dipandang bentuk tua dan asli.
Fasal 9-10 berisikan sajak-agamawi bermutu tinggi peninggalan Iran Tua.Terpandang Yasht terbesar, kaya dengan kisah keagamaan dan sejarah.
Fasal-fasal lainnya berisikan kisah-kisah penuh corak dan warna tentang Ahuras dan Daevas disertai kisah-kisah berisikian kiasan. Semuanya terbagi kedalam berbagai bab dan fasal.
Bab yang dinilai paling penting dri seluruhnya adalah Yasht ke XIX berisikan kisah tentang nab terbesar dari Iran itu Zarathustra, beserta ajarannya tentang akhir alam semesta (eskatologi) dan tentang peradilan terakhir dari Ahura Mazda.

Kitab Khorda Avesta
Kitab khorda avesta itu bermakna “avesta-kecil”, berisikan kumpulan nyanyian agamawi berbentuk singkat, untuk digunakan oleh seluruh orang beriman dari kalangan awwam, didalam kebaktian sehari-hari.

Ajaran-Ajaran pokok dalam agama Zoroaster ini yang terdapat dalam kitab-kitabnya mencakup:
a.      Manusia

      Dalam teks yang berjudul “Nasihat Pilihan dari Para Bijak Bestari Zaman Dulu”atau dikenal juga sebagai “Kitab Nasihat Zartusht” ditemukan konsep tentang manusia. Manusia pada asalnya, adalah wujud gaib, dna rohnya, dalam bentuk Fravashi atau Fravahr,ada sebelum jasmaninya. Baik jasad maupun rohnya adalah ciptaan Ohrmazd (Ahura Mazda), dan roh tidak bersifat abadi. Manusia adalah milik Tuhan dan kepada-Nya dia akan kembali.
      Syetan atau Ahriman adalah penentang Tuhan. Dia seperti Tuhan adalah roh gaib murni; dia dan Ohrmazd adalah musuh abadi, cepatatau lambat pertarungan anatar keduanya tidak akan terelakkan. Penciptaan atau makhluk bagi-Nya merupakan suatu kebutuhan bagi pertarungan-Nya melawan syetan, dan manusia berada di garis depan pertempuran ini. Dalam hal ini manusia tidak di paksa Tuhan tetapi karena dia bebas dan sukarela menerima peran ini ketika ditawarkan kepadanya. Di dunia setiap orang bebas memilih baik atau buruk. Jika dia memilih kejelekan berarti dia bertindak tidak alami karena “ayah”nya adalah Ohrmadz.
      Hal diatas sesuai dengan pendapat As-Syahtastani yang mengatakan, “Manusia bertugas untuk senantiasa mebantu kebaikan dan cahaya di tengah pergulatan Ahura Mazda dengan kejahatan dan kegelapan (Ahriman). Hal ini dapat diwujudkan dengan senantiasa melakukan kebaikan, berkahlak mulia,serta menerapkan hukum dan undang-undang dalam kehidupan mereka sehari-hari. Semua itu dilandaskan atas kebebasan untuk memilih. Siapa yang memilih kebaikan dan kebenaran, maka dia akan menuai hasilnyadi kehidupan dan akhirat yang abadi kelak. Adapun orang yang membela kejahatan dan kedustaan, dia pun akan mendapatkan siksa di neraka yang abadi.”
      Bagi agama Zoroaster peran manusia di dunia, yaitu bekerjasama dengan alam serta menjalani kehidupan yang saleh dengan pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik. Di dunia, manusia mempunyai kewajiban untuk hidup berumahtangga dengan mempuyai istri dan mempunyai anak. Semakin banyak manusia adalah semakin baik karena akan semakin mudah untuk mengalahkan Ahriman.
b.      Tuhan dan Penciptaan

      Keyakinan agama Zoroaster meliputi aspek  monoteisme dan paganisme sekaligus. Mulanya, keyakinan Zoroaster hanya mencakup monoteisme saja. Namun, seiring berkembangnya, keyakinan agama ini juga meliputi paganisme. Prof. Dr. Ali Abdul Wahid Wafi, seorang sejarawan muslim kontemporer, mengatakan bahwa zarathustra, meyerukan ajaran monotaisme untuk menyembah Tuhan yang tunggal , pencipta segala sesuatu dan segala alam, baik yang berupa esensi (ruh) maupun materi (maddah).
      Menurut penganut Zoroaster, Dzat Ahura Mazda adalah esensi murni yang suci dari segala bentuk materi, yang tak dapat dilihat oleh pandangan mata dan tidak dapat ditangkap kedzatannya oleh akal manusia. Oleh karena itu Zoroasternisme pun membuat rumusan tentang hakikat ketuhanan Dzat Ahura Mazda dengan dua rumus penting.
      Rumus pertama bersifat transenden (Samawi) yang disimbolkan dengan matahari, dan rumus yang kedua bersifat imanen (Ardhi) yang disimbolkan dengan api. Keduanya adalah unsur yang memancarkan cahaya, menerangi semesta, suci, serta tidak dapat terkontaminasi oleh hal-halyang buruk dan segala bentuk kerusakan. Kepada cahayalah kehidupan semestaraya ini bergantung. Sifat inilah yang paling mendekati untuk digambarkan oleh akal manusia akan sifat pencipta.
      Anggapan sakral dan cara pengikut Zoroaster menyucikan api inilah yang pada akhirnya menjadikan agama tersebut bergeser dari monoteisme ke paganisme. Zoroaster pun berubah menjadi agama panteisme (hulul) dan paganisme. Api sendiri pada akhirnya berubah dari sebatas isyarat menjadi Sang Pencipta itu sendiri, dani pun dirumuskan atasnya.
      Sejatinya, pada tradisi dan ajaran awal Zoroaster, tidak di kenal konsep dua Tuhan. Zoroaster hanya meyakini dua kekuatan besar dalam kehidupan yang senantiasa berlawanan atau berbenturan. Salah satunya terkumpul dalam kekuatan kebaikan, cahaya, kehidupan, kebenaran, dan kemuliaan sementara kekuatan lain terkumpul dalam kejahatan, kegelapan,kematian, dan angkara murka.
Asy-Syahrastani berkata: “ sebenarnya, Zoroaster meyakini bahwa Tuhan itu satu, tunggal, tidak ada sekutu, lawan dan kawan, Pencipta cahay dan kegelapan. Namun para pengikut Zoroaster meninggalkan pandangan tersebut. Mereka meyakini bahwasannya alam raya ini tak lain merupakan jelmaan dari pergulatan abadi antara Ahura Mazda, Dewa Terang, dengan Ahriman, Dewa Kegelapan.kemenangan Ahuran Mazda dalam kehidupan adalah sesuatu yang pasti dan tak terbantahkan.”[8]
c.       Etika

      Sebagian besar ajaran agama Zoroaster adalah menyangkut masalah etika. Dasar pikiran teologisnya mempunyai inti pandangan moralistik tentang kehidupan. Kenyataan kehidupan yang utama dan tidak bisa dihindari adalah kejelekan. Baik adalah baik dan jelek adalah jelek. Menolak adanya prinsip dan kejelekan yang terpisah sama dengan mempertalikan atau menghubungkan kejelekan pada Tuhan. Ini tidak mungkin. Oleh karena itu, kejelekan tentu merupakan sesuatu yang berdiri sendiri yang secara terpisah. Moralitas Zoroaster, diungkapkan dalam tiga kata,yaitu humat, huklit, dan huvarsht, yang artinya pikiran baik,perkataan baik, dan perbuatan baik. Yang utama dari ketiga hal itu adalah perbuatan baik.
      Inti dari ajaran Adhurbadh bin Mahraspand adalah “hiduplah dengan baik dan menjadi orang yang berguna, berilah perhatian kepada sesama, laksanakan kewajiban-kewajiban agama, garap lah tanah, hidup lah  berkeluarga dan didiklah anak-anak sehingga menjadi terpelajar. Ingatlah bahwa hidup di dunia ini adlaah sebuah pendahuluan bagi hidup di hari nanti, atau akhirat, dan roh orang yang meninggal akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang perbuatan-perbuatan yang dikerjakannya di dunia.”
d.      Kematian Dalam Zoroasterianism

      Zoroastrianisme tidak mengizinkan penguburan dan pembakaran tubuh orang yang telah meninggal karena dianggap akan menodai air, udara, bumi dan api. Mereka menyelenggarakan ritus kematian dengan menempatkan mayat di atas Dakhma atau Menara Ketenangan (Tower of Silence). Di sana terdapat pembagian tempat yang jelas bagi kaum laki-laki, perempuan dan anak-anak. Adapun tahap-tahap yang dilakukan saat upacara kematian adalah sebagai berikut:
1.      Mayat dibiarkan di dalam sebuah ruangan di rumah selama tiga hari sebelum dibawa ke Dakhma, tempat untuk melaksanakan upacara kematian.Sesudah itu, mayat lalu dibawa ke Dakhma atau Menara Ketenangan.
2.      Di sana mayat akan ditelanjangi dan ditidurkan di atas menara yang terbuka dan dibiarkan agar dimakan oleh burung-burung.
3.      Sisa-sisa tulang kemudian dibuang ke dalam sumur

e.       Pengadilan saat Kematian

      Ajaran agama Zoroaster tentang nasib roh setelah mati terlihat sangat jelas. Konsep kitab Avesta memberi dasar ajaran ini dan teks ini telah di salin dengan sedikit bervariasi dalam kitab-kitab Pahlavi. Setiap roh manusia setetlah kehidupan dunia ini akan bergentayangan selama tiga hari di dekat jasad yang sudah menjadi mayat. Pada hari keempat, roh menghadapi pengadilan diatas “Jembatan Pembalasan”, jembatan yag di jaga oleh Dewa Rashu yang bertindak sebagai hakim yang secara sangat adil  menimbang perbuatan baik dan buruk manusia. Jika perbuatan baiknya lebih berat roh tersebut diizinkan langsung menuju surga, tetapi jika perbuatan buruknya lebih besar roh tersebut di tarik dan dimasukkan ke dalam neraka. Apabila perbuatan baik dan buruk seimbang maka roh tersebut di bawa ke suatu tempat yang bernama Hamestagan atau tempat campuran. Tempat ini tidak disebut dalam teks Menok i Khrat, tetapi sering disebut dalam teks-teks lain.dalam tempat ini, roh-roh mengalami perbaikan dengan merasakan penderitaan yang berupa panas dan dingin.
      Neraka dalam agama Zoroaster bukan merupakan tempat penyiksaan abadi. Neraka hanya bersifat sementara dan merupakan tempat penyucian dari noda-noda dosa. Akhir penyucian dosa terjadi pada pengadilan (hisab) terakhir pada akhir zaman. Disini jelas tergambar bahwa roh harus menghadapi dua kali pengadilan, pengadilan pada saat kematian dan pengadilan umum pada hari kiamat ketika jasad manusia di bangkitkan kembali dan disatukan lagi dengan rohnya. Di dalam agama Zoroaster ini, pengadila umum diikuti dengan penyucian,akhir dari noda-noda dosa sehingga semua menjadi suci tanpa dosa. Tidak ada siksaan abadi dan akhirnya, semua manusia masuk surga.
f.       Hari Kebangkitan

Sebagaimana dapat dipahami dari uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, pengadilan roh pada saat kematian hanyalah merupakan suatu pendahuluan bagi pengadilan akhir hari kiamat. Penghitungan terakhir, menurut agama Zoroaster, juga hanya berupa tiga hari “penyucian” di dalam logam yang meleleh dan setelah itu roh-roh terkutuk bangkit dari neraka dan seluruh umat manusia tanpa kecuali berkumpul dalam surga temat mereka semua akan memuji Tuhan selamanya. Tuhan mengutuk makhluk-Nya dengan siksaan abadi karena dosa-dosanya bagaimanapun besarnya. Semua dosa akan dihukum dengan setimpal didalam neraka yang bersifat sementara. Neraka adalah tempat tinggal Ahriman dan Syaitan-syaitan. Tuhan melunakan keadilan dengan ras belas kasihan. Dia tidak memiliki sifat yang kejam dan sama sekali tidak bisa murka.
Konsep surga menurut agama Zoroaster sangar sederhana. Surga adalah suatu keadaan yang kembali kepada kehidupan dunia sebelum Ahriman dengan gila menghenatangnya. Surga adalah seperti tempat reuni keluarga yang sangat besar yang di dalamnya kehidupan dunia yang ideal dipulihkan, suatu kehidupan yang berpusat di sekitar keluarga manusia di mana suami sekali lagi bisa menikmati keintiman istrinya yang sah dan berkumpul kembali bersama anak-anaknya. Kehidupan di surga adalah penyempurnaan alami dari pada kehidupan di dunia dengan kekecualian manusia tidak lagi memiliki nafsu makan dan merupakanm tempat para roh memuji ahura mazda dan amahraspand dengan keras. Di sana seluruh keluarga manusia berkumpul dalam suatu kehidupan abadi dan kenikmatan yang abadi pula.

C.    Praktek Keagamaan dalam Agama Zoroaster
Zoroaster menganjurkan pengikutnya untuk selalu menyalakan api suci di tungku-tungku api yang terapat disetiap kuil peribadatan. Api tersebut harus selalu menyala dan memancarkan cahaya. Tungku apai itu di urus dan di jaga oleh para pemimpin agama (magi), rohaniawan muda, juga oleh para pendeta kuil. Setiap hari mereka selalu memasukkan kayu cendana ke dalam tungku api sebanyak lima kali, atau kayu lain yang mengeluarkan aroma wewangian khas, juga menaburkan serbuk serbuk dan cairan wewangian sehingga udara di dalam kuil selalu terasa segar dan harum semerbak. Mereka juga merapalkan doa-doan dan melaksanakan ritual keagamaan disekitar api tersebut. Dalam tradisi Zoroasternisme, ketika akan mendirikan sebuah kuil api baru, mereka diharuskan menyalakan api terlebih dahulu pada sembilan buah  lilin atau obor. Nyala api di obor pertama kemudian disalurkan untuk nyala api di obor kedua, dan seterusnya hingga pada obor kesembilan. Pengikut Zoroaster meyakini, api yang menyala pada obor terkahir itulah yang telah sampai pada derajat kesucian api. Dan dari api kesembilan itu mereka menyalakan apipada tungku kuil yang baru tersebut.[9]
            Dalam satu butir teks “beberapa perkataan Adurbadh bin Mahraspand”, ayat 72,di sebutkan “pergilah ke kuil api tiga kali sehari dan bacala doa pada api.” Kelanjutan ayat tersebut mengatakan bahwa siapa yang paling sering pergi ke kuil api dan membaca doa pada api akan menerima banyak barang duniawi dan kesucian.
            Mary Boyce, dalam bukunya Zoroastrians, Their Religious Beliefs and Practice menjelaskan bahwa waktu ibadat orang-orang Iran zaman dahulu ketika matahari terbit, ketika tengah hari, dan ketika matahari terbenam.waktu yang tersebut terakhir nampaknya diperuntukkan bagi roh orang yang telah meninggal dunia. Zoroaster nampaknya memberikan dua tambahan lagi sehingga dia mewajibkan kepada para pengikutnya untuk   beribadat lima kali sehari. Tambahan pertama adalah waktu setengah siang seperti waktu Ashar seperti dalam agama Islam, yaitu tengah-tengah antara tengah hari dan waktu matahari terbenam. Bagi agama Zoroaster, selama musim panas doa-doa yang di baca pada tengah hari berfungsi membantu orang yang saleh untuk berfikir tentang kebenaran serta tentang kejayaan kebaikan sekarang dan yang akan datang, sedangkan selama musim dingin adalah merupakan peringatan tahunan akan adanya kekuatan kejahatan yang mengancam dan perlunya bertahan terhadapnya.
            Tambahan baru lainnya adalah waktu tengah malam yang tenggang waktunya sampai saat matahari terbit. Doa ini dipersembahkan bagi Sraosha, Tuhannya doa. Selama waktu itu, ketika kekuatan kegelapan berada pada puncak yang paling kuat dan mencari-cari mangsa, para pengikut Zoroaster harus bangun, mengisi minyak dan dupa pada tungku api dan memperkuat dunia kebaikan dengan doa-doa mereka.
            Bentuk dan isi sembahyang yang di kenal dari praktek yang ada adalah sebagai berikut:
1.      Orang yang hendak melaksanakan sembahyang mempersiapkan diri dengan mencuci wajah, tangan, dan kaki dari kotoran debu kemudian menutup sebagian mukanya.
2.      Melepaskan tali kawat suci dan berdiri dengan tali di pegang dengan kedua tangan dimukanya, tegak lurus dihadapan penciptanya, matanya menatap simbol kebajikan, yakni api
3.      Dia berdoa kepada Ohrmazd (Ahura Mazda), mengutuk Ahriman (sambil memukul-mukulkan ujung kawat dengan penghinaan), memasang tali kawat lagi sambil masih berdoa.
                        Disamping perayaan individu tersebut, para pengikut Zoroaster masih mempunyai  kewajiban bersama yaitu merayakan tujuh macam peringatan hari besar tahunan. Waktu peringatan berbeda-beda, ada yang pertengahan musim semi, ada yangpertengahan musim panas, dan ada yang pertengahan musim dingin.perayaan in dirayakan denga menghadiri upacara agama (sembahyang) di pagi hari dan kemudian berkumpul bersama di dalam kegembiraan dengan pesta makan bersama. Makanan yang dimakan sebelumnya di beri berkah di dalam upacara agama yang dilaksanakan pada pagi hari tersebut. Orang-orang kaya saling bertemu di dalam kesempatan ini yang merupakan waktu iktikad baik umum, perselisihan didamaikan dan persahabatan diperbaharui dan diperkuat. Upacara-upacara khusus bagi kelahiran (massa penandaan), perkawinan dan kematian juga diajarkan dalam agama Zoroaster.[10]
                        Upacara penandaan atau Navjot (secara harfiah berarti Kelahiran Baru) adalah perayaan ketika seorang anak diterima masuk ke agama Majusi, selanjutnya dia diberikan simbolisasi keimanan – baju (sudreh) dan korset (kusti). Upacara ini berlangsung pada saat usia tujuh dan empatbelas tahun. Setelah pemberian ini setiap penganut Zoroster, baik lelaki maupun wanita, memakainya siang dan malam, dan ini menjadi baju yang dikenakan ketika akhir hayatnya.
                        Upacara kedua berkaitan dengan perkawinan. Ini kewajiban yang mengikat pengikut Majusi untuk kawin dan membesarkan anak. Bagian terpenting dari upacara perkawinan tiga kali pengucapan dalam akad perkawinan oleh pendeta resmi, diikuti pemberkatan Tuhan, Amesha Spentas dan Yazatas pada pasangan baru.
                        Perbedaan yang mencolok dari upacara Agama Zoroaster ini berkenaan dengan kematian. Setelah nyawa meninggalkan raganya, maka badan jasmaninya dianggap tidak suci. Ia harus dihancurkan secepat mungkin. Ia tidak boleh disentuh elemen suci-api, bumi, dan air. Jadi tidak dibakar, dikubur, atau tidak juga dihanyutkan kedalam air. Ia dibiarkan dimakan oleh burung bangkai. Mayatnya diletakkan pada suatu tempat yang disebut Menara Kesunyian yang menghadap matahari. Puncak menara dibiarkan terbuka untuk memberi kebebasan burung-burung memakannya. Kejadian ini cepat berlangsung sekitar setengah jam, dan kerangka mayat memutih dibawah sinar matahari dan udara dalam waktu beberapa hari. Ini kemudian dikumpulkan dan disimpan dalam terowongan di pusat menara, dan disana mereka remuk menjadi debu. Kebiasaan menghancurkan mayat ini tidak pernah terjadi pada saat Zarathushtra atau pun pada awal masa Achaemenid. Herodotus mengacu kebiasaan penguburan diantara bangsa Persia, dan kuburan Cyrus masih ada sampai sekarang. Menara Kesunyian (Dokhmas) datang sebagai hasil pengaruh Magi, pendeta dari Medes. Hal dipertahankan oleh pengikut Zoroaster dengan alasan agama maupun sanitasi.

D.    Aliran Agama Zoroaster

Aliran Agama Agama Zoroaster diantaranya:
1.      Aliran Manu
Diantara ajaran yang diajarkan oleh aliran ini diantaranya:
a.      Tentang baik dan buruk
           Menurut ajaran manu ini bahwa segala kehidupan ini adalah kebaikan, karena akhirnya Tuhanlah yang akan menang atas roh kejahatan; oleh karenanya manusia hendaknya membantu Tuhan mengalahkan roh jahat dengan melakukan segala kebaikan.
b.      Anjuran menghentikan perkawinan
           Selain itu menurut mereka pertempuran antara kebenaran dan kejelekan akan terus berlangsung selama manusia terus berkembang. Oleh karena itu menurut mereka agar semua kejahatan dan kejelekan cepat berakhir maka manusia harus menghentikan perkembang biakanya dengan kata lain tidak menikah agar tidak memiliki keturunan.
c.       Zuhud
Menurut ajaran ini pula, manusia harus menjauhi segala kesenangan dunia. Termasuk melarang menikah, menyembelih binatang dan makan daging.
d.      ‘Ibadat
Aliran Manu mengajarkan peribadatan yaitu sembahyang dan puasa, sebelum sembahyang mereka mengusap anggota badan dengan air, kemudian menghadap matahari, lalu bersujud. Dalam tiap kali sembahyang ada dua belas kali bersujud; pada tiap sujud dilakukan doa; mereka berpuasa 7 hari dalam sebulan.
2.      Madzdak
      Aliran ini ajarannya mirip dengan ajaran Majusi kuno yakni meyakini adanya dua tuhan, yaitu tuhan baik dan tuhan keburukan.
Selain itu ajaran yang paling terpenting dari aliran ini adalah ajaran yang mirip dengan sosialisme yang menyatakan bahwa manusia harus sama derajatnya. Yakni tidak memiliki stara social. Dan menurut mereka penyebab utama dari kejahatan dan peperangan adalah wanita dan harta, yang menyebabkan pengikut aliran ini membuat kekacauan di Naishaburi. Karena mereka memaksa orang-orang hartawan untuk menyerahkan harta mereka dan menyerahkan wanita agar tidak terjadi kekacauan atau peperangan.
a.      Tsanwiyah
            Diantara ajarannya selain mengakui dua tuhan, mereka juga mengajarkan untuk menyembah api, selain mereka juga menyembah berhala.
b.      Disahniyah
            Dishaniyah adalah ajaran Majusi yang lahir di luar persi. Yang didiraikan oleh bangsa Siryani (Sirya) yang bernama Bardaishan datau ibnu Dishan yang wafat pada tahun 222 M. ajarannya mirip dengan ajaran Manu yang menyatukan dua ajaran yakni Nasrani dan Majusi. Hanya saja perbedaanya adalah menurut mereka bahwa Isa Al Masih merupakan Allah yang diserupakan dalam bentuk manusia yang diutus untuk manusia. Selain itu ajarannya juga yang berbeda dengan yang lainnya yaitu mereka tidak mempercayai adaanya hari akherat. Sehingga menyebabkan aliran ini yang sangat berbeda dengan yang lainnya.
3.      Zindiq
      Zindiq adalah sebuah aliran Majusi yang sangat berbeda dengan yang lainnya. Yakni agama Majusiah yang Atheis yakni tidak percaya akan adanya Tuhan. Menurut mereka bahwa alam raya ini terjadi dengan sendirinya, dan tidak akan berakhir, kekal selama-lamanya, dan zaman yang beredar ini akan terus berputar tiada akan berakhir.

E.     Sekte-sekte dalam Zoroastrianisme

Terbaginya Zoroastrisme ke dalam beberapa kelompok bukan disebabkan karena perbedaan pemahaman teologi. Pembagian sekte-sekte ini karena waktu perayaan Tahun Baru yang berbeda-beda. Terdapat tiga sekte dalam Zoroastrianisme.
1.      Kelompok Shenshahi yang merayakan Tahun Baru pada musim gugur sekitar bulan Agustus atau September
2.      Kelompok Qadimi yang merayakan Tahun Baru pada musim panas, sekitar bulan Juli atau Agustus
3.      Kelompok Fasli yang merayakan Tahun Baru pada musim semi yaitu setiap tanggal 21 Maret.








DAFTAR PUSTAKA
Ø  Abdullah al-Maghlouth, bin Sami, Atlas Agama-Agama, Almahira, Jakarta: 2010.
Ø  Ali, H. A. Mukti, Agama-Agama Dunia, IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarya: 1988.
Ø  Sou’yb, Joesoef, Agama-agama Besar di Dunia, Jakarta: Al Husna Zikra, 1996.


[1] Joesoef Sou’yb, Agama-Agama Besar di Dunia(Jakarta:Al Husna Zikra, 1996), hal.233
[2]Ibid, hal. 233-234
[3]H. A. Mukti Ali, Agama-Agama Di Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1988), hal. 270
[5]Sami Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama, (Jakarta: Almahira, 2010), hal. 47
[6] Joesoef Sou’yb, Agama-agama Besar di Dunia, (Jakarta: Al Husna Zikra, 1996), hal. 221-222
[7]H. A. Mukti Ali, Agama-Agama Di Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1988), hal. 270-271
[8] Sami Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama, (Jakarta: Almahira, 2010), hal.470
[9] Ibid, hal. 496
[10] H. A. Mukti Ali, Agama-Agama Di Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1988), hal. 287

1 komentar:

Agama Zoroaster adalah agama asli Iran yang masih ada sampai saat ini, salah satu umatnya adalah Fredy Mercury rocker terkenal

Posting Komentar